View Artikel Ilmiah

Kembali
NIM (Student Number)H1D012052
Nama MahasiswaSRIGUNAWAN SUGIARTO
Judul ArtikelPERMODELAN HIDROULIK FISIK GERUSAN BAHU JALAN DI RUAS JALAN RAYA BUMIAYU – PEJAGAN DENGAN VARIASI ALINYEMEN VERTIKAL
AbstrakBahu jalan merupakan salah satu prasarana yang penting bagi pengguna jalan salah satunya adalah sebagai tempat pemberhentian untuk menghindar dari kecelakaan. Salah satu masalah yang sering dijumpai pada bahu jalan adalah gerusan akibat air hujan. Gerusan ini menyebabkan cekungan yang cukup dalam yang tidak jarang membahayakan pengendara yang melintas jalan raya. Salah satu cara untuk mempelajari fenomena ini adalah dengan membuat model hidraulik fisik. Model dibuat di laboratorium untuk menirukan suatu badan jalan dan bahu jalan yang sedang tertimpa hujan. Bahu jalan dan badan jalan dibuat pada saluran yang menggunakan bahan multiplek. Bahu jalan dibuat dengan cara menghamparkan tanah dan material pasir. Pada bagian badan jalan dihamparkan perkerasan yang menggunakan campuran kerikil dan aspal. Untuk model hujan, digunakan rainfall simulator berupa 2 buah shower. Penelitian mensimulasikan fenomena yang terjadi pada bahu jalan dalam kurun waktu tertentu dan pada kemiringan memanjang jalan tertentu. Berdasarkan hasil data penelitian, kemiringan memanjang jalan dan intensitas hujan termasuk dua hal yang mempengaruhi gerusan di bahu jalan. Semakin besar intensitas hujan akan mengakibatkan lebar, panjang, dan kedalaman gerusan di bahu jalan semakin besar. Semakin besar kemiringan memanjang jalan akan memperbesar kecepatan aliran. Semakin besar kecepatan aliran, maka gerusan yang terjadi semakin besar. Untuk sampel 1, kedalaman gerusan maksimum yang terjadi pada kelandaian memanjang jalan 2%, 13%, 26% pada intensitas 10 mm/jam adalah 1,4 cm, 1,9 cm, 2,0 cm, untuk intensitas 15 mm/jam adalah 1,6 cm, 2,1 cm, 2,8 cm, sedangkan intensitas 23 mm/jam adalah 1,9 cm, 2,3 cm, 4,0 cm. Untuk sampel 2, kedalaman gerusan maksimum yang terjadi pada kelandaian memanjang jalan 2%, 13%, 26% pada intensitas 10 mm/jam adalah 1,5 cm, 1,9 cm, 3,0 cm, untuk intensitas 15 mm/jam adalah 1,7 cm, 2,0 cm, 3,7 cm, sedangkan intensitas 23 mm/jam adalah 2,0 cm, 2,3 cm, 4,2 cm. Untuk sampel 3, kedalaman gerusan maksimum yang terjadi pada kelandaian memanjang jalan 2%, 13%, 26% pada intensitas 10 mm/jam adalah 1,3 cm, 2,0 cm, 2,2 cm, untuk intensitas 15 mm/jam adalah 1,6 cm, 2,2 cm, 2,6 cm, sedangkan intensitas 23 mm/jam adalah 1,9 cm, 2,5 cm, 4,7 cm. Aliran hujan yang melewati bahu jalan selalu membuat alur terlebih dahulu. Setelah aliran hujan menemukan alurnya gerusan yang terjadi cenderung tetap.
Abstrak (Inggris)Roadshoulder is one of the essential infrastructure for users the example is for stopping to avoid the accident. One of the problems often encountered on the roadside was scouring because of rain. This scours causes deep hole that frequently endanger motorists crossing the highway. One way to study this phenomenon is to create a physical hydraulic model. The model was made in the laboratory to simulate a road and roadshoulder that being hit by rain. Roadshoulder and the road were made from multiplek. The roadside are made by overlaying soil and sand material. The section of the road pavement was overlaid using a mixture of gravel and asphalt. To model in the rain, rainfall simulator used in the form of two pieces of shower. The research simulate the phenomenon that occur on the roadshoulder in a certain period of time and on a certain road vertical alignment. Result of the study were obtained, that vertical alignment and rainfall intensity are two things that affect the scour on roadside. The greater intensity of the rainfall will cause the greater the width, length and depth of roadside scour. The greather of vertical alignment will effected on increasing of the flow velocity. The flow velocity also has proportional relationship with the depth scour. The increasing of flow velocity will increase the depth of local scouring. For sample 1, the maximum scour depth occurred in the vertical alignment 2 % , 13 % and 26 % with intensity of 10 mm/h are 1,4 cm, 1,9 cm, 2,0 cm, for intensity of 15 mm/h are 1,6 cm, 2,1 cm, 2,8 cm, and the intensity of 23 mm/h are 1,9 cm, 2,3 cm, 4,0 cm. For sample 2, the maximum scour depth occurred in the vertical alignment 2 %, 13 %, 26 %, with intensity of 10 mm/h are 1,5 cm, 1,9 cm, 3,0 cm, for the intensity 15 mm/h are 1,7 cm, 2,0 cm, 3,7 cm, and the intensity 23 mm/h are 2,0 cm, 2,3 cm, 4,2 cm. For sample 3, the maximum scour depth occurred in the vertical alignment 2 %, 13 %, 26 %, with intensity of 10 mm/h are 1,3 cm, 2,0 cm, 2,2 cm, for the intensity 15 mm/h are 1,6 cm, 2,2 cm, 2,6 cm, and the intensity 23 mm/h are 1,9 cm, 2,5 cm, 4,7 cm. Rain flow passing through the roadside always make the groove. After the rain finding its groove scour flow that occurs tends to remain.
Kata KunciGerusan, intensitas hujan, bahu jalan, model fisik, kemiringan memanjang jalan
Nama Pembimbing 1Sanidhya Nika Purnomo,S.T.,M.T.
Nama Pembimbing 2Dr. Eng. Purwanto Bekti S., S.T., M.T.
Tahun2016
Jumlah Halaman16
Page generated in 0.0457 seconds.