View Artikel Ilmiah

Kembali
NIM (Student Number)A1H011063
Nama MahasiswaAGUNG PRATONO
Judul ArtikelPemanfaatan Limbah Buah Kelapa Muda Sebagai Bahan Baku Briket
AbstrakKrisis energi yang menimpa negara Indonesia ditandai dengan semakin langkanya BBM di tengah-tengah masyarakat serta harga BBM yang merangkak naik disebabkan harga minyak dunia yang melonjak tinggi sekali. Energi biomassa menjadi sumber energi alternatif pengganti bahan bakar fosil (minyak bumi) karena beberapa sifatnya yang menguntungkan yaitu, dapat dimanfaatkan secara lestari kerena sifatnya yang dapat diperbaharui. Briket merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang terbarukan (renewable). Diantara sumber-sumber energi alternatif yang ada, briket merupakan energi biomassa yang besar dan belum banyak dimanfaatkan.Perekat diperlukan dalam pembuatan briket. Hal ini karena sifat alami serbuk yang cenderung saling memisah. Dengan bantuan bahan perekat atau lem, serbuk dapat disatukan dan dibentuk sesuai kebutuhan. Tanaman kelapa (Cocos nucifera) banyak terdapat di negara-negara Asia-Pacific yang menghasilkan 5.276.000 ton produksi dunia dengan luas 8.875.000 Ha. Indonesia merupakan negara yang memiliki luas tanam 3.334.000 Ha yang tersebar dari Riau, Jateng, Jabar, Jatim, Jambi, Aceh, Sumut, Sulut NTT, Sulteng, Sulsel dan Maluku. Komoditi kelapa merupakan salah satu komoditi perkebunan yang sangat penting dalam perekonomian nasional yaitu sebagai penghasil minyak nabati dalam memenuhi kebutuhan masyarakat disamping sebagai komoditas ekspor. Hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan sehingga tanaman kelapa dijuluki sebagai pohon kehidupan (tree of life). Pemanfaatan buah kelapa biasanya digunakan dalam industri kuliner termasuk buah kelapa muda yang saat ini banyak dijadikan sebagai bahan baku es kelapa muda. Limbah dari buah kelapa muda masih belum banyak dimanfaatkan dan hal itu dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Penelitian ini berlangsung selama 4 bulan pada April sampai Juli 2018. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah kelapa muda, tepung tapioka dan air. Alat yang digunakan berupa cetakan briket, ayakan, oven, label, stopwatch, timbangan, cawan porselen, kamera, tanur, tungku, panci, pengaduk, gelas ukur dan alat tulis. Penelitian ini merupakan percobaan di Laboratorium dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah jenis bahan terdiri dari 2 taraf perlakuan. Faktor kedua adalah konsentrasi perekat tepung tapioka yang terdiri dari 3 taraf perlakuan. Dengan demikian, dalam penelitian terdapat 2 x 3 kombinasi atau 6 kombinasi. Faktor I adalah jenis bahan terdiri dari 2 perlakuan yaitu: P1 = Serbuk limbah kelapa muda, P2 = Serbuk + Serabut limbah kelapa muda. Faktor II adalah konsentrasi perekat tepung tapioka yang terdiri dari 3 perlakuan yaitu: K1 = Perekat dengan konsentrasi 2,5%, K2 = Perekat dengan konsentrasi 5%, K3 = Perekat dengan konsentrasi 7,5%. Perlakuan dalam penelitian ini masing – masing dilakukan dalam 3 kali ulangan sehingga menghasilkan 18 unit percobaan. Variabel yg diamati dan diukur dalam penelitian ini meliputi: kadar air, kadar abu, volatile matter, fixed carbon, laju pembakaran, kerapatan dan kekuatan briket. Secara umum kualitas briket terbaik dari bahan baku limbah kelapa muda dengan perekat tepung tapioca adalah P1K1 (briket serbuk + tepung tapioka 2,5 %) dengan nilai kadar air 9,2 %, kadar abu 8,5 %, volatile matter 22,08 %, fixed carbon 60,22 %, laju pembakaran 0,00838 g/s, kerapatan 0,2 g/〖cm〗^2 dan kekuatan 300,6 j.
Abstrak (Inggris)The energy crisis that occurs in Indonesia is indicated by the scarcity of fuel supply and the increase in the price of fuel due to the increase in the world oil price. Biomass energy is an alternative energy source to replace fossil fuels (petroleum) because of some of its beneficial properties, that is, it can be utilized sustainably because of its renewable nature. Briquette is one of the renewable alternative fuel. Among the available alternative energy sources, briquette is a large biomass energy that has not been widely used. Adhesive is needed in making briquette. This is because the nature of the powder which tends to separate. With the help of adhesive or glue, powder can be welded and formed as needed. Coconut plants (Cocos Nucifera) are widely found in Asia-Pacific countries that produce 5,276,000 tons of world production with an area of 8,875,000 Ha. Indonesia is a country that has a planting area of 3,334,000 hectares spread from Riau, Central Java, West Java, East Java, Jambi, Aceh, North Sumatra, North Sulawesi NTT, Central Sulawesi, South Sulawesi and Maluku. Coconut commodity is one of the plantation commodities which takes an important role in the national economy, namely as the producer of vegetable oil to meet the needs of the society and as the export commodity. Almost all parts of the plant can be utilized so that coconut trees are dubbed as the tree of life. The use of coconuts is usually used in the culinary industry including young coconut fruit which is widely used as raw material for young coconut ice. Waste from young coconut fruits is still not widely used and it can cause environmental pollution. The research was conducted at the Agricultural Technology Laboratory, Faculty of Agriculture, Jenderal Soedirman University, Purwokerto. This study lasted for 4 months from April to July 2018. The materials used in this study were young coconut waste, tapioca flour and water. The tools used briquette mold, sieve, oven, labels, stopwatches, scales, porcelain plate, camera, furnace, pans, stirrers, measuring cups and stationery. This research is a laboratory experiment using factorial complete randomized design with two factors. The first factor is the type of material consisting of 2 levels of treatment. The second factor is the concentration of adhesive tapioca flour which consists of 3 levels of treatment. Thus, there were 2 x 3 combinations or 6 combinations in this study. The first factor is the type of material consisting of 2 treatments, namely: P1 = young coconut waste powder, P2 = powder + young coconut waste fibers. The second factor is the concentration of adhesive tapioca flour consisting of 3 treatments, namely: K1 = adhesive with a concentration of 2.5%, K2 = adhesive with a concentration of 5%, K3 = adhesive with a concentration of 7.5%. The treatment in this study was carried out in 3 replications, resulting in 18 experimental units. Variables observed and measured in this study include: water content, ash content, volatile matter, fixed carbon, combustion rate, density and strength of briquettes. In general, the best quality of briquettes from young coconut waste raw materials with the adhesive of tapioca flour is P1K1 (powder briquette + 2.5% tapioca flour) with a moisture content of 9.2%, ash content of 8.5%, volatile matter of 22.08%, fixed carbon of 60.22%, the combustion rate of 0.00838 g /s, the density of 0.2 g /cm2 and the strength of 300.6 j.
Kata KunciEnergi, Biomassa, Briket, Kelapa Muda, Perekat.
Nama Pembimbing 1Dr. Ir. Wiludjeng Trisasiwi, M.P
Nama Pembimbing 2Ir. Agus Margiwiyatno, M.S., Ph.D
Tahun2018
Jumlah Halaman11
Page generated in 0.0735 seconds.