View Artikel Ilmiah

Kembali
NIM (Student Number)A1A017006
Nama MahasiswaINDAH PEBIYANTI
Judul ArtikelKELAYAKAN USAHA TANI KAPULAGA (Amomum cardamomum) DI KECAMATAN GUMELAR KABUPATEN BANYUMAS (Studi Kasus: Usaha Tani di Lahan Perum Perhutani KPH Banyumas Barat)
AbstrakKapulaga merupakan tanaman biofarmaka yang memiliki produksi tertinggi ketiga setelah jahe dan kunyit di Indonesia pada tahun 2021, yaitu sebesar 124.387 ton. Gumelar merupakan salah satu kecamatan di Banyumas yang memiliki luas lahan dan produksi kapulaga terbesar yaitu 353,25 ha dan 2.231 ton. Luas lahan Perhutani yang ditanam Kapulaga di Kecamatan Gumelar adalah 103,2 ha, dengan jumlah petani penggarap (pesanggem) 315 orang. Data dan informasi mengenai ketepatan kelayakan usaha yang dapat dijadikan acuan dalam berusaha tani kapulaga di lahan Perum Perhutani KPH Banyumas Barat Kecamatan Gumelar masih terbatas. Potensi usaha tani kapulaga perlu dikaji lebih lanjut dari segi finansial, apakah usaha tani tersebut dapat memberikan keuntungan untuk dikembangkan bagi petani. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menghitung total biaya dan keuntungan usaha tani kapulaga, (2) menganalisis kelayakan usaha tani kapulaga ditinjau dari aspek finansial, dan (3) menganalisis tingkat sensitivitas usaha tani kapulaga. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, dengan 36 orang petani yang pernah menanam kapulaga di lahan Perum Perhutani KPH Banyumas Barat Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas pada tahun 2016 dengan umur tanaman 5 tahun. Analisis yang digunakan adalah analisis biaya, keuntungan, nilai bersih sekarang (Net Present Value), rasio manfaat biaya (Net Benefit Cost Ratio), tingkat pengembalian internal (Internal Rate Return), periode pengembalian (Payback Period), dan analisis sensitivitas. Hasil dari penelitian usaha tani kapulaga di Lahan Perum Perhutani KPH Banyumas Barat Kecamatan Gumelar dalam satu ha masil layak diusahakan. Sementara dalam analisis sensitivitas penurunan harga jual produk sebesar 10% dan 15% usaha tani kapulaga masih layak diusahakan, namun penurunan harga jual produk sebesar 20% usaha tani kapulaga tidak layak diusahakan.
Abstrak (Inggris)Cardamom is a biopharmaceutical crop that has the third highest production after ginger and turmeric in Indonesia in 2021, which amounted to 124,387 tons. Gumelar is one of the sub-districts in Banyumas that has the largest land area and production of cardamom, namely 353.25 ha and 2,231 tons. The area of Perhutani land planted with cardamom in Gumelar sub-district is 103.2 ha, with 315 tenant farmers (pesanggem). Data and information on the accuracy of business feasibility that can be used as a reference in cardamom farming on Perum Perhutani KPH Banyumas Barat land in Gumelar District are still limited. The potential of cardamom farming needs to be studied further from a financial perspective, whether the farm can provide benefits to be developed for farmers. This study aims to: (1) calculate the total costs and profits of cardamom farming, (2) analyze the feasibility of cardamom farming in terms of financial aspects, and (3) analyze the sensitivity level of cardamom farming. The research was conducted using a purposive sampling method, with 36 farmers who had planted cardamom on the land of Perum Perhutani KPH Banyumas Barat, Gumelar District, Banyumas Regency in 2016 with a plant age of 5 years. The analysis used is cost analysis, profit, net present value, net benefit cost ratio, internal rate of return, payback period, and sensitivity analysis. The results of research on cardamom farming in Perum Perhutani Land KPH West Banyumas, Gumelar District in one ha were still feasible to cultivate. Meanwhile, in the sensitivity analysis, a 10% and 15% reduction in product selling prices for cardamom farming is still feasible, but a 20% reduction in product selling prices for cardamom farming is not feasible.
Kata KunciFinansial; Kapulaga; Kelayakan
Nama Pembimbing 1Dr. Dindy Darmawati Putri, S.P.
Nama Pembimbing 2Ir. Tatang Widjojoko, M.P.
Tahun2023
Jumlah Halaman12
Page generated in 0.0551 seconds.