View Artikel Ilmiah

Kembali
NIM (Student Number)E1A008099
Nama MahasiswaDIKDO ANGGORO
Judul ArtikelPeranan Pers Sebagai Sarana Media Komunikasi Politik dalam Membentuk Pencitraan Tokoh Politik melalui Media Massa berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999
AbstrakSebagai media komunikasi massa, pers merupakan alat pembentuk, penghimpun dan penyalur pendapat umum. Pers merupakan salah satu unsur penting yang dapat berperan dalam penyebaran informasi dan pendapat serta kritik (kontrol sosial) dan menumbuhkan kesadaran serta motivasi tentang progam pembangunan. Pers dan masyarakat merupakan dua hal yang tidak dapat di pisah-pisahkan. Pers “lahir untuk memenuhi hajat masyarakat (untuk memperoleh informasi secara terus menerus mengenai peristiwa-peristiwa besar kecil yang terjadi)”. Media massa adalah elemen penting dalam proses komunikasi politik, karena tanpa media massa atau pers pesan politik tidak akan mampu menjangkau khalayak luas dalam waktu yang singkat, cepat dan sekaligus massif. Melalui media massa, aktor politik dapat menyampaikan pesan-pesan politik yang ditransmisikan oleh media massa pada khalayak luas. Politik Pencitraan dapat diartikan sebagai suatu cara untuk menarik simpati publik dengan menjual hasil-hasil atau pencapaian serta janji-janji semu nan palsu serta mengeksploitasi segala tindakan-tindakan populis yang dibuat-buat dan mengesampingkan berbagai hal-hal yang sebenarnya lebih subtansial dan lebih penting dari pada hanya sekedar mengejar popularitas citra semata. Salah satu politik pencitraan yang paling sukses adalah pencitraan yang dilakukan oleh Joko Widodo atau yang akrab dipanggil Jokowi. Selama memimpin Kota Solo, Jawa Tengah, Jokowi berhasil membangun Kota Solo, baik secara fisik maupun non fisik. Pembangunan yang digalakkan Jokowi bukan pembangunan yang bersifat top down. Namun lebih bersifat bottom up. Pendekatan jokowi pada para pedagang pasar yang hendak direlokasi dilakukan secara persuasif sehingga di Kota Solo ketegangan antara aparat pemerintah dengan para pedagang yang hendak direlokasi tidak terjadi. Jokowi bukan hanya mampu membangun citra positif atas kepemimpinannya secara kelembagaan namun juga berhasil membangun citra positif dalam ranah personal. Dalam komunikasi politik, diranah citra personal, politisi modern dinilai bukan hanya berdasarkan apa yang dia ucapkan dan lakukan, tetapi bagaimana mereka mengucapkan kan bertindak.
Abstrak (Inggris)As a mass communications media, the press is a means of forming, collector and distributor of public opinion. The press is one of the important elements that can play a role in the dissemination of information and opinions and criticism (social control), and raising awareness and motivation of the development program. The press and public are two things that can not be split apart. Press "born to fulfilling the public (to obtain continuous information about the major events that occurred small)". The mass media is an important element in the process of political communication, because the mass media or the press without a political message would not be able to reach a wide audience in a short time, quickly and at the same massif. Through the mass media, political actors can convey political messages transmitted by the mass media on a wide audience. Political Imagery can be defined as a way to attract public sympathy by selling the results or achievements and false promises and false nan exploit populist measures all made-up and rule out various things that are actually more substantial and more important than in just a mere image chase popularity. One of the most successful political imagery is imagery that is done by Joko Widodo, or who nicknamed Jokowi. During the lead city of Solo, Central Java, Jokowi managed to build the city of Solo, both physical and non-physical. Jokowi encouraged development rather than development that is top down. But more bottom up. Jokowi approach on market traders to be relocated so persuasively performed in Solo tension between government officials with the traders who want to be relocated is not the case. Jokowi not only able to build a positive image for his leadership as an institution, but also managed to build a positive image in the personal realm. In political communication, diranah personal imagery, modern politicians are judged not only by what he said and did, but how they say it acts.
Kata Kuncipers, komunikasi politik, pencitraan politik
Nama Pembimbing 1H. A. Komari S.H., M.Hum.
Nama Pembimbing 2Tenang Heryanto S.H., M.H.
Tahun2013
Jumlah Halaman17
Page generated in 0.0541 seconds.